Semoga tidaklah berlebihan saat saya nyatakan dalam judul tulisan ini bahwa IMMawati sebagai bagian dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah sumber daya (resources) utama tetapi kurang mendapatkan perhatian lebih sehingga belum mampu dioptimalkan potensinya. Maka dari itu, kata terpendam dalam judul ini, saya rasa cocok untuk menggambarkan IMMawati hari ini. Tulisan ini tanpa bermaksud mengatakan bahwa IMMawan selama ini sudah memberikan kontribusi yang nyata. Barangkali, IMMawan juga belum mampu membangun IMM menjadi lebih baik. Tulisan ini juga tak bermaksud mengesampingkan IMMawan. Hanya saja, penulis merasa tertarik membincangkan IMMawati sebagai salah satu kekuatan yang ada dalam ikatan tercinta yaitu IMM.
Seperti yang sama-sama kita ketahui, seiring perkembangan teknologi
dan informasi dewasa ini, kehidupan berbangsa dan bernegara secara signifikan
mengalami perubahan. Tak terkecuali kehidupan kaum hawa. Stigma "dapur,
sumur, kasur" tidak lagi melekat pada perempuan. Semangat emansipasi yang
dikembangkan sekitar abad ke-18, menular sampai ke Indonesia. Alhasil,
kehidupan perempuan dulu yang sangat dikekang oleh adat istiadat, kini sudah
raib. Perempuan sekarang diberikan kebebasan dan ruang atas dirinya. Bebas
berekspresi, bebas berprofesi, bebas menjadi sesuatu. Sudah banyak sosok
perempuan yang terjun dan memiliki andil dalam berbagai bidang. Politik,
perusahaan, lembaga pendidikan, pemerintahan, dan lain sebagainya. Bahkan baru-baru
ini perempuan berprofesi sebagai driver ojek online.
IMMawati sebagai perempuan tentunya tahu dan paham betul bahwa
kehidupan perempuan hari ini berbeda dengan kehidupan perempuan zaman dulu.
Oleh karenanya, Perempuan “Zaman Now” dari sisi perjuangan tentunya juga
berbeda. Pertanyaannya, dalam konteks IMMawati, apakah kebebasan tersebut mampu
dimanfaatkan dengan baik untuk memberikan kontribusi terhadap kemajuan ikatan?
Apakah kebebasan yang didapatkan membuat gerakan IMMawati mampu dirasakan oleh
masyarakat khususnya perempuan Indonesia? Ya, IMMawati harus mampu memaknai
kebebasan atau emansipasi itu untuk membawa pada tatanan produktifitas yang
lebih baik. Hal inilah yang tentunya menjadi renungan bagi IMMawati.
IMMawati selama ini masih berfokus pada pemenuhan wawasan mengenai
perempuan. Banyak kajian IMMawati yang dijalankan. Banyak diskusi mengenai
peranan IMMawati. Namun lagi-lagi, ide dan gagasan yang muncul melalui
forum-forum tersebut selesai pada tataran wacana. Tidak diaplikasikan dalam
bentuk gerakan konkrit.
Penulis mengambil contoh, Grameen Bank di Bangladesh. Bank ini sebagai
bukti konkrit gerakan perempuan di bidang ekonomi. Hampir seluruh nasabah
Grameen Bank adalah perempuan. Pola yang diterapkan Grameen Bank ini dapat
mencapai tujuan untuk membantu perekonomian masyarakat miskin melalui
perempuan.
Contoh lain dari internal Muhammadiyah yaitu Program Penanggulangan
Tuberculosis (TB) yang dijalankan oleh ‘Aisyiyah. Program ini sebagai bentuk
peran serta dalam pembangunan kesehatan di Indonesia dan pencapaian target Millenium
Development Goals (MDGs) No. 6, yakni penurunan angka penyebaran penyakit
menular.
Beberapa contoh di atas bisa menjadi role model untuk IMMawati
mendesain gerakannya. IMMawati harus mulai memikirkan desain gerakan yang bisa
dijalan secara kontinu dan berdampak pada masyarakat. Sekali lagi, ini tidaklah
mudah.
Optimalisasi Peran
Dalam rangka optimalisasi perannya, maka terlebih dahulu IMMawati
harus diberdayakan. Jika berangkat dari definisi Fahrudin (2012) mengenai
pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memampukan dan memandirikan
masyarakat. Maka, dalam konteks IMMawati, pemberdayaan yang dilakukan merupakan
upaya untuk membuat IMMawati menjadi mampu dan mandiri. Upaya pemberdayaan ini
harus dilakukan IMM sebagai organisasi yang menaunginya.
Adapun upaya pemberdayaan IMMawati jika mengadaposi dari teori
pemberdayaan masyarakat menurut Fahrudin (2012), diantaranya, pertama, Enabling,
yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang. Masyarakat yang dimaksudkan disini tentunya IMMawati. Pada
dasarnya, setiap orang memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Oleh karena
itu, pemberdayaan juga dimaksudkan sebagai upaya untuk membangun daya dengan
cara mendorong (encourage), memotivasi dan membangkitkan kesadaran (awareness)
akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
Dalam konteks IMM secara organisasi sebetulnya sudah memberikan ruang
tersendiri bagi IMMawati untuk menciptakan suasana dan iklim berkembang. Bahkan
hal ini dilakukan melalui regulasi yaitu Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) ataupun aturan lainnya yang berlaku di IMM. Misal, adanya
Bidang IMMawati dalam struktur IMM mulai dari level pimpinan komisariat sampai
Dewan Pimpinan Pusat. Kemudian adanya Korps IMMawati, lengkap dengan regulasi
yang mengaturnya. Ini sebagai bukti bahwa IMM sangat berpihak atas keberadaan
IMMawati dalam IMM. Oleh karenanya, dengan adanya affirmative policy
ini, IMMawati harus memaksimalkan ruang yang diberikan IMM untuk bisa
mengembangkan potensi dan berkontribusi terhadap ikatan melalui ide dan gagasan
IMMawati.
Kedua, Empowering. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan
kapasitas dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh IMMawati.
Penguatan potensi dapat dilakukan melalui langkah-langkah nyata misal
penyediaan berbagai masukan (input) serta pembukaan akses kepada
berbagai peluang yang dapat membuat IMMawati menjadi makin berdaya.
Dari sini, IMM bisa melihat tentang apa yang harus dilakukan setelah
memberikan ruang bagi IMMawati mengembangkan potensinya. IMM harus menyediakan
saluran atau akses yang membuat IMMawati berkembang makin nyata. Misal membuat
jejaring atau kerjasama dengan pihak luar baik instansi pemerintah maupun
swasta dalam rangka menyalurkan bakat, ide atau gagasan IMMawati.
Ketiga, Protecting. Sebagai subyek pengembangan, IMM harus melindungi
kepentingan IMMawati untuk berkembang. Dalam proses pemberdayaan, maka IMM
harus mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, misalnya persaingan
peran atau eksistensi antara IMMawan dan IMMawati, baik secara struktural
maupun fungsional.
Upaya-upaya di atas harus dilakukan IMM secara sistematis dan masif.
Mendorong IMMawati untuk terus berkembang menjadi keharusan bagi IMM. Pasalnya,
saat ini dari sisi kuantitas, mayoritas kader IMM adalah IMMawati.
Langkah Strategis
Harus diakui, keberadaan IMMawati menjadi kekuatan tersendiri bagi
perkembangan IMM. Hanya saja, seperti dijelaskan di atas, IMMawati layaknya
mutiara yang terpendam. Indah dan bernilai tinggi, tetapi tidak terlihat. Oleh
karenanya, untuk dapat mengoptimalkan peranan IMMawati selain dilakukannya
program pemberdayaan di atas oleh IMM, IMMawati sendiri juga harus melakukan
langkah-langkah strategis yang dilakukan untuk meningkatkan peranannya.
Adapun beberapa program yang bisa dijalankan IMMawati dalam rangka
meningkatkan atau mengoptimalkan peranannya. Pertama, Talent Management
IMMawati. Program ini dimaksudkan untuk menemukan bakat atau potensi dari
masing-masing IMMawati. Selanjutnya, melalui program ini pula bakat atau
potensi IMMawati disalurkan melalui media atau saluran yang tepat. Dengan
begitu, IMMawati menjadi berdaya dan secara peranan makin nyata. Adanya program
ini juga diharapkan agar potensi IMMawati juga mampu dikembangkan mengikuti
kebutuhan zaman.
Kedua, Koperasi IMMawati. Ide ini didasarkan pada habit perempuan yang
suka shopping. Alangkah baiknya jika daya beli yang tinggi ini
disalurkan melalui badan usaha yang dikelola sendiri oleh IMMawati. Koperasi
IMMawati ini nantinya menyediakan kebutuhan IMMawati. Misalnya, kebutuhan
fashion yang memang disukai perempuan.
Pemilihan badan usaha berbentuk koperasi ini agar semangat berbagi
IMMawati yang tinggi bisa dirawat dan mencegah terjadinya tindakan untuk
menguasai. Ini sejalan dengan asas kekeluargaan yang ada dalam koperasi. Di
Indonesia, ada banyak Koperasi Wanita yang maju dan bisa dijadikan benchmark
bagi pengembangan Koperasi IMMawati.
Ketiga, Sekolah Politik IMMawati. Sekolah ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman kepada IMMawati secara khusus mengenai politik. Sekolah
ini menjadi saluran bagi IMMawati yang memiliki passion di dunia
politik. Di sekolah ini mereka digodog dan diarahkan menjadi politisi perempuan
yang baik, berintegritas tinggi, dan menjunjung tinggi nilai-nilai.
Untuk bisa menjalankan program dan langkah strategis tersebut,
dibutuhkan effort yang tinggi dari semua pihak yang bersangkutan dalam
pengembangan IMMawati. Selain itu, program dan langkah ini harus dilakukan
secara sistematis dan masif, tidak boleh parsial. Dan melalui langkah-langkah
tersebut diharapkan mampu meningkatkan peranan IMMawati dalam memajukan dirinya
maupun ikatan. Bahkan untuk kemajuan persyarikatan, bangsa, dan umat. Semoga.
-----
Tulisan ini dipersembahkan untuk kegiatan
DIKSUSWATI 1 NASIONAL PC. IMM CIRENDEU
20 Desember 2019