IMMAWATI: Resources Yang Terpendam - Suparman Kadamin

Thursday, June 10, 2021

IMMAWATI: Resources Yang Terpendam


Semoga tidaklah berlebihan saat saya nyatakan dalam judul tulisan ini bahwa IMMawati sebagai bagian dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah sumber daya (resources) utama tetapi kurang mendapatkan perhatian lebih sehingga belum mampu dioptimalkan potensinya. Maka dari itu, kata terpendam dalam judul ini, saya rasa cocok untuk menggambarkan IMMawati hari ini. Tulisan ini tanpa bermaksud mengatakan bahwa IMMawan selama ini sudah memberikan kontribusi yang nyata. Barangkali, IMMawan juga belum mampu membangun IMM menjadi lebih baik. Tulisan ini juga tak bermaksud mengesampingkan IMMawan. Hanya saja, penulis merasa tertarik membincangkan IMMawati sebagai salah satu kekuatan yang ada dalam ikatan tercinta yaitu IMM.

 

Seperti yang sama-sama kita ketahui, seiring perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini, kehidupan berbangsa dan bernegara secara signifikan mengalami perubahan. Tak terkecuali kehidupan kaum hawa. Stigma "dapur, sumur, kasur" tidak lagi melekat pada perempuan. Semangat emansipasi yang dikembangkan sekitar abad ke-18, menular sampai ke Indonesia. Alhasil, kehidupan perempuan dulu yang sangat dikekang oleh adat istiadat, kini sudah raib. Perempuan sekarang diberikan kebebasan dan ruang atas dirinya. Bebas berekspresi, bebas berprofesi, bebas menjadi sesuatu. Sudah banyak sosok perempuan yang terjun dan memiliki andil dalam berbagai bidang. Politik, perusahaan, lembaga pendidikan, pemerintahan, dan lain sebagainya. Bahkan baru-baru ini perempuan berprofesi sebagai driver ojek online.

 

IMMawati sebagai perempuan tentunya tahu dan paham betul bahwa kehidupan perempuan hari ini berbeda dengan kehidupan perempuan zaman dulu. Oleh karenanya, Perempuan “Zaman Now” dari sisi perjuangan tentunya juga berbeda. Pertanyaannya, dalam konteks IMMawati, apakah kebebasan tersebut mampu dimanfaatkan dengan baik untuk memberikan kontribusi terhadap kemajuan ikatan? Apakah kebebasan yang didapatkan membuat gerakan IMMawati mampu dirasakan oleh masyarakat khususnya perempuan Indonesia? Ya, IMMawati harus mampu memaknai kebebasan atau emansipasi itu untuk membawa pada tatanan produktifitas yang lebih baik. Hal inilah yang tentunya menjadi renungan bagi IMMawati.

 

IMMawati selama ini masih berfokus pada pemenuhan wawasan mengenai perempuan. Banyak kajian IMMawati yang dijalankan. Banyak diskusi mengenai peranan IMMawati. Namun lagi-lagi, ide dan gagasan yang muncul melalui forum-forum tersebut selesai pada tataran wacana. Tidak diaplikasikan dalam bentuk gerakan konkrit.

 

Penulis mengambil contoh, Grameen Bank di Bangladesh. Bank ini sebagai bukti konkrit gerakan perempuan di bidang ekonomi. Hampir seluruh nasabah Grameen Bank adalah perempuan. Pola yang diterapkan Grameen Bank ini dapat mencapai tujuan untuk membantu perekonomian masyarakat miskin melalui perempuan.

 

Contoh lain dari internal Muhammadiyah yaitu Program Penanggulangan Tuberculosis (TB) yang dijalankan oleh ‘Aisyiyah. Program ini sebagai bentuk peran serta dalam pembangunan kesehatan di Indonesia dan pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) No. 6, yakni penurunan angka penyebaran penyakit menular.

 

Beberapa contoh di atas bisa menjadi role model untuk IMMawati mendesain gerakannya. IMMawati harus mulai memikirkan desain gerakan yang bisa dijalan secara kontinu dan berdampak pada masyarakat. Sekali lagi, ini tidaklah mudah.

 

Optimalisasi Peran

 

Dalam rangka optimalisasi perannya, maka terlebih dahulu IMMawati harus diberdayakan. Jika berangkat dari definisi Fahrudin (2012) mengenai pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat. Maka, dalam konteks IMMawati, pemberdayaan yang dilakukan merupakan upaya untuk membuat IMMawati menjadi mampu dan mandiri. Upaya pemberdayaan ini harus dilakukan IMM sebagai organisasi yang menaunginya.

 

Adapun upaya pemberdayaan IMMawati jika mengadaposi dari teori pemberdayaan masyarakat menurut Fahrudin (2012), diantaranya, pertama, Enabling, yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Masyarakat yang dimaksudkan disini tentunya IMMawati. Pada dasarnya, setiap orang memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu, pemberdayaan juga dimaksudkan sebagai upaya untuk membangun daya dengan cara mendorong (encourage), memotivasi dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

 

Dalam konteks IMM secara organisasi sebetulnya sudah memberikan ruang tersendiri bagi IMMawati untuk menciptakan suasana dan iklim berkembang. Bahkan hal ini dilakukan melalui regulasi yaitu Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) ataupun aturan lainnya yang berlaku di IMM. Misal, adanya Bidang IMMawati dalam struktur IMM mulai dari level pimpinan komisariat sampai Dewan Pimpinan Pusat. Kemudian adanya Korps IMMawati, lengkap dengan regulasi yang mengaturnya. Ini sebagai bukti bahwa IMM sangat berpihak atas keberadaan IMMawati dalam IMM. Oleh karenanya, dengan adanya affirmative policy ini, IMMawati harus memaksimalkan ruang yang diberikan IMM untuk bisa mengembangkan potensi dan berkontribusi terhadap ikatan melalui ide dan gagasan IMMawati.

 

Kedua, Empowering. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh IMMawati. Penguatan potensi dapat dilakukan melalui langkah-langkah nyata misal penyediaan berbagai masukan (input) serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang dapat membuat IMMawati menjadi makin berdaya.

 

Dari sini, IMM bisa melihat tentang apa yang harus dilakukan setelah memberikan ruang bagi IMMawati mengembangkan potensinya. IMM harus menyediakan saluran atau akses yang membuat IMMawati berkembang makin nyata. Misal membuat jejaring atau kerjasama dengan pihak luar baik instansi pemerintah maupun swasta dalam rangka menyalurkan bakat, ide atau gagasan IMMawati.

Ketiga, Protecting. Sebagai subyek pengembangan, IMM harus melindungi kepentingan IMMawati untuk berkembang. Dalam proses pemberdayaan, maka IMM harus mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, misalnya persaingan peran atau eksistensi antara IMMawan dan IMMawati, baik secara struktural maupun fungsional.

Upaya-upaya di atas harus dilakukan IMM secara sistematis dan masif. Mendorong IMMawati untuk terus berkembang menjadi keharusan bagi IMM. Pasalnya, saat ini dari sisi kuantitas, mayoritas kader IMM adalah IMMawati.

 

Langkah Strategis

 

Harus diakui, keberadaan IMMawati menjadi kekuatan tersendiri bagi perkembangan IMM. Hanya saja, seperti dijelaskan di atas, IMMawati layaknya mutiara yang terpendam. Indah dan bernilai tinggi, tetapi tidak terlihat. Oleh karenanya, untuk dapat mengoptimalkan peranan IMMawati selain dilakukannya program pemberdayaan di atas oleh IMM, IMMawati sendiri juga harus melakukan langkah-langkah strategis yang dilakukan untuk meningkatkan peranannya.

 

Adapun beberapa program yang bisa dijalankan IMMawati dalam rangka meningkatkan atau mengoptimalkan peranannya. Pertama, Talent Management IMMawati. Program ini dimaksudkan untuk menemukan bakat atau potensi dari masing-masing IMMawati. Selanjutnya, melalui program ini pula bakat atau potensi IMMawati disalurkan melalui media atau saluran yang tepat. Dengan begitu, IMMawati menjadi berdaya dan secara peranan makin nyata. Adanya program ini juga diharapkan agar potensi IMMawati juga mampu dikembangkan mengikuti kebutuhan zaman.

 

Kedua, Koperasi IMMawati. Ide ini didasarkan pada habit perempuan yang suka shopping. Alangkah baiknya jika daya beli yang tinggi ini disalurkan melalui badan usaha yang dikelola sendiri oleh IMMawati. Koperasi IMMawati ini nantinya menyediakan kebutuhan IMMawati. Misalnya, kebutuhan fashion yang memang disukai perempuan.

 

Pemilihan badan usaha berbentuk koperasi ini agar semangat berbagi IMMawati yang tinggi bisa dirawat dan mencegah terjadinya tindakan untuk menguasai. Ini sejalan dengan asas kekeluargaan yang ada dalam koperasi. Di Indonesia, ada banyak Koperasi Wanita yang maju dan bisa dijadikan benchmark bagi pengembangan Koperasi IMMawati.

 

Ketiga, Sekolah Politik IMMawati. Sekolah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada IMMawati secara khusus mengenai politik. Sekolah ini menjadi saluran bagi IMMawati yang memiliki passion di dunia politik. Di sekolah ini mereka digodog dan diarahkan menjadi politisi perempuan yang baik, berintegritas tinggi, dan menjunjung tinggi nilai-nilai.

 

Untuk bisa menjalankan program dan langkah strategis tersebut, dibutuhkan effort yang tinggi dari semua pihak yang bersangkutan dalam pengembangan IMMawati. Selain itu, program dan langkah ini harus dilakukan secara sistematis dan masif, tidak boleh parsial. Dan melalui langkah-langkah tersebut diharapkan mampu meningkatkan peranan IMMawati dalam memajukan dirinya maupun ikatan. Bahkan untuk kemajuan persyarikatan, bangsa, dan umat. Semoga.

 

-----

Tulisan ini dipersembahkan untuk kegiatan

DIKSUSWATI 1 NASIONAL PC. IMM CIRENDEU

20 Desember 2019

No comments:

Post a Comment