Persoalan pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional menjadi pelanggan setia yang setiap tahun mewarnai kondisi perekonomian Indonesia. Beberapa bulan terakhir, pemberitaan mengenai daging sapi impor (beku) menjadi salah satu tranding topic. Kebutuhan daging sapi yang tinggi memaksa pemerintah untuk membuka kran daging beku guna memenuhi kebutuhan daging masyarakat. Sejak juni 2016 lalu, pemerintahan sudah megeluarkan kebijakan untuk melakukan impor di tengah daging lokal (segar) yang terus mengalami pelonjakan. Harga daging sapi lokal saat ini masih bertengger di atas 100.000 rupiah perkilogram.
Kebijakan yang dianggap dapat mengatasi permasalahan
pasokan tersebut, ternyata justru tidak menjawab persoalan secara komprehensif.
Baru-baru ini marak dibicarakan dipelbagai pemberitaan tentang daging impor
dengan kualitas yang payah. Dijelaskan bahwa banyak ditemukan daging beku dengan kandungan lemak yang tinggi. Alhasil, meski dipatok dengan harga murah, hadirnya
daging beku di pasaran masih belum mampu menutupi permintaan daging lokal.
Wajar saja, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, masyarakat tentu akan lebih
memilih daging lokal dengan kualitasnya yang bagus meski mahal, ketimbang harus
memilih daging beku yang minim kualitas. Diketahui, selisih harga diantara
keduanya berkisar 20ribu sampai 30ribu rupiah.
Kendati demikian, bagi sebagian masyarakat hadirnya daging beku sekarang ini mbak
primadona, seperti para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang memiliki usaha dengan bahan baku daging sapi. Ketersediaannya
sangat membantu keberlangsungan usaha yang dijalankan. Bagi UKM untuk dapat mempertahankan jumlah produksi maka menggunakan daging beku menjadi pilihan alternatif saat harga daging lokal meninggi. Dengan begitu, UKM tidak perlu lagi menaikkan harga
jual produksinya.
Sikap Pemerintah
Beredarnya daging beku dengan kualitas yang minor
jelas menciderai visi pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat
dengan harga dan mutu yang baik. Pemerintah sendiri sejauh
ini, melalui Kementerian Perdagangan telah
memberlakukan sangsi bagi para importir yang dengan
sengaja mengimpor daging sapi berlemak tinggi. Sangsi tersebut diantaranya membatasi kuota impor sampai mencabut
izin impor.
Masuknya daging beku memang diharapkan mampu memenuhi
permintaan daging lokal yang tinggi saat ini. Selain itu, mampu menstablikan
harga daging. Hanya saja, dengan kualitas yang rendah meski harga terjangkau,
membuat daging beku masih sukar diterima masyarakat secara umum untuk memenuhi kebutuhan
konsumsinya.
Maka seyogyanya, pemerintah segera mengambil
langkah-langkah strategis jangka pendek guna mengatasi permasalahan tersebut.
Sebab, jika dibiarkan, maka kebijakan impor yang mestinya dapat membantu
pemerintah dalam menjawab persoalan pemenuhan kebutuhan pangan, menjadi tidak efektif.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan pemerintah dalam hal ini, diantaranya; pertama, melakukan pendataan kembali mengenai
jumlah pasokan daging sapi lokal. Meski sudah diproyeksikan di awal tahun, langkah ini patut
diambil guna mengestimasi kebutuhan impor daging sapi agar tidak melambung sampai dengan akhir tahun nanti. Selain itu, guna memastikan tidak adanya mafia daging sapi lokal.
Kedua, melakukan survey terhadap daging beku yang masuk ke
pasaran guna memastikan kualitas daging beku, bukan hanya dari segi harga
tetapi juga kualitas. Dilakukannya langkah ini guna merealisasikan apa yang
menjadi visi pemerintah seperti yang sudah dipaparkan di atas. Tak hanya itu, jika
terbukti benar bahwa banyak daging beku dengan kualitas rendah yang beredar di
pasaran maka sangsi yang diberlakukan pemerintah harus dijatuhkan kepada para importir
daging beku tersebut.
Ketiga, memperketat izin impor daging beku. Hal ini
diharapkan mampu mencegah beredarnya daging beku yang berkualitas rendah. Keempat, memberlakukan harga tertinggi daging
sapi agar mampu mengendalikan harga di pasaran. Langkah ini sejurus dengan target pemerintah mengenai harga daging sapi
sebesar 80.000 rupiah perkilogram. Terakhir,
melakukan
operasi pasar guna memastikan tidak adanya penjual yang memainkan harga di
pasaran.
Sumber Gambar: Klik Disini
Sumber Gambar: Klik Disini
No comments:
Post a Comment