Narasi Baru IMM "Membangun Kemandirian, Membumikan Gerakan": Antara Refleksi Dan Resolusi? - Suparman Kadamin

Sunday, July 14, 2019

Narasi Baru IMM "Membangun Kemandirian, Membumikan Gerakan": Antara Refleksi Dan Resolusi?


Seorang Ketua Umum bicara dengan lantang, "Kita butuh narasi baru!" Ya, sekilas memang tidak ada yang salah dari pernyataan tersebut. Hanya saja, saya melihat pernyataan tersebut merupakan kegamangan dalam membangun gerakan baru di zaman yang baru. Zaman dimana yang berlaku adalah "Jahit luka saya dokter, tak usah menasihati saya soal pola makan, saya bisa browsing".

Desain kelembagaan yang baru dan adaktif terhadap perubahan zaman memang menjadi sebuah keharusan untuk dirumuskan. Pasalnya, kita semua tak mau kalau organisasi dimana tempat kita bernaung saat ini dibilang "Jadul" dan "Gagap". Oleh karenanya, kita butuh pemikiran-pemikiran segar dari para pelaku organisasi, khususnya para milenial yang hari ini meramaikan organisasi kita, Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM).

Baru-baru ini IMM merumuskan satu narasi baru hasil dari Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) IMM 2019 di Pekanbaru, Riau yaitu "Membangun Kemandirian, Membumikan Gerakan". Dalam sebuah perdiskusian saat perumusan ada yang berpendapat atau melihat narasi ini sebagai sebuah resolusi IMM di periode ini. Saya justru sebaliknya, ini adalah sebuah refleksi untuk segala fenomena atau permasalahan yang terjadi di tubuh organisasi. Bayangkan, di usia IMM 54 tahun, kita masih berkutat pada persoalan kemandirian dan membumikan gerakan. Pertanyaannya, selama ini kita "ngapain aja"? Sampai gagal men-create kelembagaan kita sebagai organisasi yang mandiri dan secara gerakan dirasakan oleh masyarakat umum. Ini berarti ada yang salah dengan desain gerakan kelembagaan kita, ada yang salah dengan kader-kader IMM. Karena mestinya itu semua sudah tuntas dan clear. What wrong with IMM?

DPP IMM tidak sepenuhnya salah saat mengusung narasi ini. Bahkan diakhir tulisan ini, saya katakan sudah cocok narasi yang dirumuskan DPP IMM. Saya yang juga terlibat dalam perumusan narasi ini di Komisi "D" pada saat Rakornas berlangsung, tidak sama sekali merubah wacana yang diangkat DPP dalam narasi ini, begitu juga dengan rekan-rekan yang lain. Saya menganggap ada benarnya apa yang hari ini akan diusung DPP IMM. Karena memang fakta dilapangan, apa yang ada dalam narasi tersebut menjadi anomali organisasi dan khusunya para kader IMM. Ya, soal kemandirian dan membumikan gerakan.

Dalam konteks kemandirian, kita bisa pelajari dari kader yang kelihatannya lebih suka menggunakan diksi "arahan kanda?" ketimbang "begini kanda!". Dari sini saja, kita bisa nilai (saya tidak menyimpulkan, hanya menilai), betapa kader tidak lagi mandiri dalam melakukan segala hal. Kader lebih memilih dicekokin ketimbang mengajak seniornya berdiskusi. Kader lebih memilih menunggu arahan, ketimbang bergerak atas nama kemanusiaan. Jika ada yang membantah ini tidak berlaku umum, saya sepakat, hanya saja apakah benar mereka yang tidak demikian itu bisa disebut mandiri? atau jangan-jangan semau-maunya sendiri? Ini hal pertama untuk sama-sama kita renungkan jika bicara kemandirian.

Saya jadi teringat, saat perdiskusian berlangsung di Komisi D, sedikit saya menambahkan kala itu, mengenai kemandirian. Menurut saya, kata kemandirian layak untuk ditambahkan dengan kata "kolektif" atau Kemandirian Kolektif. Bagi saya, kemandirian semestinya bisa diarahkan atau dilakukan secara kolektif dengan melibatkan kader-kader IMM seluruh Indonesia dalam merealisasikannya. Mandiri tidak melulu dimaknai secara individual, namun juga harus dipandang sebagai gerakan kelompok. Alasan lain dari penambahan kata ini, saya melihat rendahnya gerakan kolektif IMM. Padahal kolektif itu modal kemandirian kelompok. Jika rasa kolektif ini sudah benar-benar tertanam, maka segala hal yang dilakukan IMM untuk mewujudkan kemandirian bisa dengan cepat terealisasi.

Berikutnya soal membumikan gerakan. Huft, untuk yang satu ini saya agaknya sedikit bingung berpendapat. Bukan tidak bisa. Begini, pertanyaan saya, "Kok bisa IMM yang dibentuk dengan semangat sosial kemasyaratan justru masih bicara membumikan gerakan?" Apa memang selama ini kita hanya melangit dan menjadi menara gading karena keintelektualan kita? Apa kita selama ini melihat persoalan dari mata elang bukan mata cacing? Jika benar demikian, maka sudah cocok narasi yang dirumuskan DPP IMM mengenai membumikam gerakan. Tapi di sisi lain, boleh tidak saya katakan ini adalah indikasi bahwa IMM selama ini kurang hadir di tengah-tengah masyarakat. Buktinya kita masih mengangkat isu seputar membumikan gerakan. Sebab bagi saya, membumikan gerakan adalah hal yang embedded pada setiap program kerja yang dicanangkan. Program kerja harus bisa membumi dan sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat umumnya dan IMM khususnya.

Semoga apa yang dituliskan saya adalah sebuah kekeliruan. Tentu, jika narasi DPP IMM hari ini adalah sebuah resolusi, maka sepatutnya kita berharap IMM ke depan, baik organisasi maupun kadernya, mampu mandiri dan lebih dirasakan gerakannya oleh masyarakat umum.

Pun demikian, menurut saya, titik temu antara refleksi dan resolusi, maka konteks kemandirian dan membumikan gerakan baiknya simultan dengan pengembangan-pengembangan baru untuk gerakan IMM. Saya membayangkan di zaman milenial ini, IMM mengembangkan hal-hal yang identik dengan gerakan kekinian atau sebut saja gerakan para milenial, gerakan yang akrab dengan hal-hal baru berbasis digital dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Tentu dalam konteks IMM, maka nilai-nilai Amar Ma'ruf Nahi Munkar tetap harus menjadi dasar dari gerakan baru tersebut. Misal dakwah virtual kader ikatan via youtube, online shop ikatan, dan lain sebagainya. Saya kira ini bisa dijadikan salah satu upaya mencapai kemandirian organisasi dari sisi financial, sebab ada dana yang dihasilkan dari model gerakan semacam itu.

Sekali lagi terlepas dari apa yang saya tuliskan dalam memaknai narasi baru ini dianggap sebagai sebuah kekeliruan. Saya berharap bahwa membangun kemandirian, membumikan gerakan yang dimaksudkan DPP IMM adalah kemandirian dan membumikan gerakan yang didesain dengan memadukan gerakan kekinian atau gerakan para milenial. Semoga.

1 comment:

  1. Jadi begini kanda, kekentalan budaya yang dibudayakan pada scope yang kecil sukar untuk ditenggelamkan. Jadi, mari kita tenggelamkan budaya-budaya yang tidak seharusnya dibudayakan. Jadi begitu kanda

    ReplyDelete